Senin, 01 Oktober 2012

tanaman untuk biodiesel : Nyamplung dan biji jarak

Nyamplung

NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L) termasuk dalam marga Callophylum. Nyamplung berbuah sepanjang tahun dan mempunyai sebaran yang cukup luas di dunia mulai dari Madagaskar, Afrika Timur, Asia Selatan dan Tenggara, Kepulauan Pasifik, Hindia Barat, hingga Amerika Selatan. Di Indonesia, nyamplung tersebar mulai dari Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, hingga Nusa Tenggara Timur dan Papua.

Nyamplung sudah dikenal masyarakat sejak dahulu karena kayunya dapat bermanfaat sebagai bahan bangunandan bahan baku meubelair. Banyak masyarakat tahu jika buah dari nyamplung dapat bermanfaat bagi kesehatantetapi tidak banyak yang tahu jika buah nyamplung dapat menghasilkan minyak (Biofuel) yang kadar oktannya

cukup tinggi. Minyak nyamplung dapat digunakan sebagai bahan bakar sehingga saat ini marak dilakukan penelitian mengenai   minyak dari   biji   nyamplung.   Keunggulan   biodiesel  dari   nyamplung   adalahrendemen minyak nyamplung tergolong tinggi dibandingkanjenis tanaman lain yaitu 40-73% sedangkan jarak pagar 40-60% dan sawit46-54 %. Adanya penelitianmengenai biji nyamplung sebagai bahan baku biodiesel dapat meningkatkan nilai jual dari jenis ini.

Jarak Pagar

Pengembangan energi alternatif semakin mendesak untuk dilakukan. Alasannya adalah makin meningkatnya harga minyak bumi di pasaran dunia dan subsidi bahan bakar minyak yang secara perlahan mulai dilepas oleh pemerintah. Akibatnya, harga minyak menjadi mahal. Oleh karena itu, diperlukan perealisasian penggunaan energi terbarukan biodiesel untuk mengganti BBM.

Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang berasal dari minyak nabati sehingga ramah lingkungan dan tidak beracun. Tumbuhan yang bisa digunakan sebagai bahan baku biodiesel salah satunya adalah jarak pagar.

Jarak pagar (Jatropha curcas L., Euphorbiaceae) merupakan tumbuhan semak berkayu yang banyak ditemukan di daerah tropik. Tumbuhan ini dikenal sangat tahan kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal sebagai bahan pengobatan dan racun, saat ini ia makin mendapat perhatian sebagai sumber bahan bakar hayati untuk mesin diesel karena kandungan minyak bijinya. Peran yang agak serupa sudah lama dimainkan oleh kerabatnya, jarak pohon (Ricinus communis), yang bijinya menghasilkan minyak campuran untuk pelumas.

Tumbuhan ini dikenal dengan berbagai nama di Indonesia: jarak kosta, jarak budeg (Sunda); jarak gundul, jarak pager (Jawa); kalekhe paghar (Madura); jarak pager (Bali); lulu mau, paku kase, jarak pageh (Nusa Tenggara); kuman nema (Alor); jarak kosta, jarak wolanda, bindalo, bintalo, tondo utomene (Sulawesi); ai huwa kamala, balacai, kadoto (Maluku).

Minyak jarak (Jatropha oil) akhir-akhir ini mulai banyak diperkenalkan sebagai energi alternatif biodiesel. Biodiesel tersebut dihasilkan dari minyak yang diperoleh dari biji tanaman jarak yang banyak tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Dan dalam berbagai penelitian tentang minyak yang dihasilkan oleh tanaman ini dalam pembahasan berikut, tampaknya dapat menjadi substitusi bahan bakar diesel.

Jarak pagar mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman penghasil minyak pengganti BBM, karena mempunyai beberapa keunggulan, yaitu antara lain :

1. Relatif mudah dibudidayakan oleh petani kecil, dapat ditanam sebagai batas kebun, dapat ditanam secara monokultur atau campuran (intercropping), cocok di daerah beriklim kering, dapat ditanam sebagai tanaman konservasi lahan, dan juga dapat ditanam dipekarangan atau sekitar rumah, sehingga basis umber bahan bakunya dapat sangat luas.

2. Pemanfaatan biji atau minyak jarak pagar tidak berkompetisi dengan penggunaan lain karena termasuk kelompok non pangan sehingga harganya relatif stabil

3. Proses pengolahan minyak jarak kasar (crude jatropha oil / CJO) atau untuk kebutuhan rumah tangga pengganti minyak tanah sangat sederhana sehingga mudah dilakukan masyarakat tani pada umumnya. Pengolahan bahan bakar motor pengganti solar (biodiesel) juga tidak memerlukan teknologi tinggi (dibandingkan minyak bumi) sehingga investasinya relatif murah.

Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jarak Pagar

Untuk dapat digunakan sebagai sumber energi, minyak jarak perlu diolah. Proses pengolahan minyak jarak untuk menghasilkan biodiesel relatif mudah. Untuk menghasilkan minyak dalam skala kecil (0,5-0,6 ton perawatan hari) cukup dengan mengepres biji jarak yang sudah kering menggunakan mesin diesel satu silinder, sehingga menghasilkan minyak jarak kasardan bungkil.

Tahap selanjutnya adalah menyaring menggunakan mesin penyaring sehingga dihasilkan minyak jarak bersih. Kemudian dilakukan proses pemurnian terhadap minyak jarak yang sudah bersih sampai menghasilkan minyak jarak murni yang siap dijual.

Biodiesel yang diperoleh dari tanaman jarak berupa minyak jarak yang diperoleh dari biji jarak. Biodiesel yang dihasilkan dari tanaman Jarak Pagar merupakan minyak lemak semimulus (semi refined fatty oil), yang telah dibersihkan dari fosfor dan asam-asam lemak. Dalam hal ini fosfor merupakan zat yang merugikan karena mesin diesel dapat mengubah fosfor ini menjadi garam atau asam fosfat yang mengendap menjadi kerak di dalam kamar pembakaran atau terbawa keluar sebagai pencemar udara oleh emisi gas buang.

Pengembangan Minyak Jarak

Pengembangan minyak dari tanaman jarak melalui pendekatan ilmiah di Indonesia, dipelopori oleh Dr. Robert Manurung dari Institut Teknologi Bandung (ITB) sejak tahun 1997 dengan fokus ektraksi minyak dari tanaman jarak. Sejak tahun 2004 yang lalu, penelitian ini mendapat dukungan dari Mitsubishi Research Institute (Miri) dan New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO) dari Jepang (Kompas, 12/5/2005).

Menghadapi krisis kelangkaan BBM dan kenaikan harga BBM di Indonesia, Pemerintah mulai menggali sumber-sumber energi alternatif. Minyak jarak ini pun mulai mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah. Setelah dirintis oleh ITB kemudian diikuti oleh IPB, dan selanjutnya diikuti oleh lembaga pemerintah pusat yaitu BPPT, dan oleh pemerintah daerah seperti Pemprov. Nusa Tenggara Timur, Pemprov. Nusa Tenggara Barat, Pemkab. Purwakarta dan Pemkab. Indramayu, serta oleh BUMN seperti PT. Pertamina, PT. PLN dan PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), semua saling bekerja sama untuk pengembangan minyak jarak sebagai bahan bakar minyak alternatif ini. Tidak ketinggalan Sekolah Menengah Kejuruan bidang pertanian pun akan mengikuti pengembangan minyak jarak ini, untuk bahan bakar minyak alternatif.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar